Alat kontrasepsi atau pengatur kehamilan sangat diperlukan untuk mengendalikan tingkat kelahiran, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Namun sebuah studi mengungkap ada beberapa jenis alat kontrasepsi yang tidak dianjurkan untuk digunakan lagi karena berisiko memunculkan gangguan kesehatan tertentu.
Kedua jenis alat kontrasepsi yang berisiko meningkatkan penyakit trombosis vena (pembekuan darah di pembuluh darah) pada wanita itu adalah kontrasepsi berbentuk koyo transdermal dan cincin vagina.
Sebuah studi dari Denmark mengungkap bahwa alat kontrasepsi berbentuk koyo transdermal dapat menggandakan risiko penyakit trombosis vena pada wanita hingga 8 kali lipat lebih besar dibandingkan wanita yang tidak menggunakannya.
Begitu pula dengan wanita yang memakai cincin vagina berisiko mengalami VTE (venous thrombolic events) 6,5 kali lebih besar daripada wanita yang tidak memakai cincin vagina sebagai alat kontrasepsi.
Namun beruntung para pakar juga merekomendasikan bahan yang paling banyak digunakan sebagai alat kontrasepsi darurat (kondar) berbentuk oral yaitu levonorgestrel atau norgestimate karena dapat mengurangi risiko trombosis vena tersebut.
Untuk memperoleh kesimpulan ini, sejumlah peneliti asal Denmark mengamati 1.626.000 wanita berusia 15-49 tahun yang pada dasarnya tak berisiko terkena trombosis sama sekali.
Setelah 9 tahun, peneliti menemukan bahwa norgestimate yang diberikan pada partisipan dikaitkan dengan munculnya risiko trombosis sebesar 4,52 per 10.000 kejadian, sedangkan bagi partisipan pengguna levonorgestrel dan oestrogen, risiko trombosisnya 6,22 per 10.000 kejadian.
Parahnya, partisipan yang diberi cincin vagina berisiko mengalami trombosis vena sebesar 7,75 per 10.000 kejadian, sedangkan risiko bagi pengguna koyo transdermal terhitung yang paling besar yaitu 9,71 per 10.000 kejadian.
Ketika lamanya penggunaan kontrasepsi juga ikut dianalisis, risiko trombosis vena pada wanita yang menggunakan kombinasi kontrasepsi oral dapat dikurangi dengan penambahan lamanya penggunaan hingga mendekati 50 persen. Sebaliknya, tak ada perubahan bagi pengguna koyo atau cincin vagina dari waktu ke waktu.
"Risiko sebesar 10 per 10.000 orang pertahunnya mengimplikasikan risiko munculnya trombosis vena hingga lebih dari 1 persen untuk periode penggunaan lebih dari 10 tahun. Oleh karena itu, untuk amannya para wanita seharusnya disarankan menggunakan kombinasi kontrasepsi oral dengan levonorgestrel atau norgestimate saja," terang ketua tim peneliti, Dr. Ojvind Lidegaard, profesor obstetri dan ginekologi dari University of Copenhagen seperti dilansir dari pulsetoday, Rabu (12/9/2012).
Menanggapi studi ini, Dr. Fiona Cornish, seorang dokter umum yang berpraktik di Cambridge dan presiden forum Medical Women menyatakan, "Kami sangat jarang menggunakan koyo dan cincin vagina karena harganya yang jauh lebih mahal daripada kombinasi kontrasepsi oral".
"Tapi yang penting adalah para dokter dan perawat perlu terus menyarankan pasien agar menggunakan kombinasi kontrasepsi oral yang cocok untuk kondisi masing-masing pasien".
Sumber
Namun sebuah studi mengungkap ada beberapa jenis alat kontrasepsi yang tidak dianjurkan untuk digunakan lagi karena berisiko memunculkan gangguan kesehatan tertentu.
Kedua jenis alat kontrasepsi yang berisiko meningkatkan penyakit trombosis vena (pembekuan darah di pembuluh darah) pada wanita itu adalah kontrasepsi berbentuk koyo transdermal dan cincin vagina.
Sebuah studi dari Denmark mengungkap bahwa alat kontrasepsi berbentuk koyo transdermal dapat menggandakan risiko penyakit trombosis vena pada wanita hingga 8 kali lipat lebih besar dibandingkan wanita yang tidak menggunakannya.
Begitu pula dengan wanita yang memakai cincin vagina berisiko mengalami VTE (venous thrombolic events) 6,5 kali lebih besar daripada wanita yang tidak memakai cincin vagina sebagai alat kontrasepsi.
Namun beruntung para pakar juga merekomendasikan bahan yang paling banyak digunakan sebagai alat kontrasepsi darurat (kondar) berbentuk oral yaitu levonorgestrel atau norgestimate karena dapat mengurangi risiko trombosis vena tersebut.
Untuk memperoleh kesimpulan ini, sejumlah peneliti asal Denmark mengamati 1.626.000 wanita berusia 15-49 tahun yang pada dasarnya tak berisiko terkena trombosis sama sekali.
Setelah 9 tahun, peneliti menemukan bahwa norgestimate yang diberikan pada partisipan dikaitkan dengan munculnya risiko trombosis sebesar 4,52 per 10.000 kejadian, sedangkan bagi partisipan pengguna levonorgestrel dan oestrogen, risiko trombosisnya 6,22 per 10.000 kejadian.
Parahnya, partisipan yang diberi cincin vagina berisiko mengalami trombosis vena sebesar 7,75 per 10.000 kejadian, sedangkan risiko bagi pengguna koyo transdermal terhitung yang paling besar yaitu 9,71 per 10.000 kejadian.
Ketika lamanya penggunaan kontrasepsi juga ikut dianalisis, risiko trombosis vena pada wanita yang menggunakan kombinasi kontrasepsi oral dapat dikurangi dengan penambahan lamanya penggunaan hingga mendekati 50 persen. Sebaliknya, tak ada perubahan bagi pengguna koyo atau cincin vagina dari waktu ke waktu.
"Risiko sebesar 10 per 10.000 orang pertahunnya mengimplikasikan risiko munculnya trombosis vena hingga lebih dari 1 persen untuk periode penggunaan lebih dari 10 tahun. Oleh karena itu, untuk amannya para wanita seharusnya disarankan menggunakan kombinasi kontrasepsi oral dengan levonorgestrel atau norgestimate saja," terang ketua tim peneliti, Dr. Ojvind Lidegaard, profesor obstetri dan ginekologi dari University of Copenhagen seperti dilansir dari pulsetoday, Rabu (12/9/2012).
Menanggapi studi ini, Dr. Fiona Cornish, seorang dokter umum yang berpraktik di Cambridge dan presiden forum Medical Women menyatakan, "Kami sangat jarang menggunakan koyo dan cincin vagina karena harganya yang jauh lebih mahal daripada kombinasi kontrasepsi oral".
"Tapi yang penting adalah para dokter dan perawat perlu terus menyarankan pasien agar menggunakan kombinasi kontrasepsi oral yang cocok untuk kondisi masing-masing pasien".
Sumber